Kamis, 25 April 2019

Sejarah Indonesia

Ditulis oleh: Dina septiyana 

Upaya mengatasi ancaman disintegrasi bangsa
Setelah Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, republik Indonesia diwarnai adanya pemberontakan-pemberontakan di tanah air. Yang diantaranya adalah PKI Madiun dan G-30-S/PKI.

1. Pemberontakan PKI Madiun 
Pada 29 Januari 1948 Kabinet Hatta terbentuk menggantikan kabinet Amir Syarifudin yang jatuh pasca Perundingan Renville. Amir Syarifudin berbalik menjadi oposisi. Dia menghimpun kekuatan golongan kiri dan komunis dengan membentuk FDR. FDR menuntut pemerintah membatalkan persetujuan Renville. Sebagian anggota FDR terkena rasionalisasi. FDR juga memancing bentrok fisik dengan kerusuhan disurakarta dan melancarkan aksi mogok di pabrik karung Delanggu pada tanggal 5 Juli 1948.
Kekuatan mereka juga bertambah dengan datangnya Muso dari Uni Soviet pada tahun 1926. Di Madiun PKI juga melakukan pembunuhan terhadap tokoh agama, pejabat pemerintah, dan anggota TNI yang menentangnya. Puncak agitasi PKI, pada tanggal 18 September 1948 PKI memproklamasikan berdirinya Soviet Republik Indonesia melalui Radio Gelora Pemuda di Madiun.
Pemerintah RI bertindak tegas terhadap pemberontakan ini. Panglima Besar Soedirman kemudian menugaskan Kolonel Gatot Subroto, Panglima Divisi II Jawa Tengah bagian Timur dan Kolonel Sungkono, Panglima Divisi I Jawa Timur menumpas pemberontakan PKI. Dengan dukungan rakyat pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil diduduki oleh TNI. Muso mati tertembak di Somoroto, Ponorogo. Sedangkan Amir Syarifudin ditangkap di daerah Branti, Grobongan, kemudian ditembak mati. Banyak tokoh PKI yang berhasil meloloskan diri dan belum sempat diadili. Disebabkan pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer yang ke dua.

2. Pemberontakan G-30-S/PKI 
 Alam demokrasi liberal 1950-1959 memberikan kesempatan pada PKI untuk mengadakan rehabilitasi walaupun sebelumnya partai ini telah melakukan pemberontakan di Madiun pada tahun 1948. Ketika D.N. Aidit menduduki pimpinan PKI, dengan cepat ia dapat membangun kebesaran PKI. Dalam pemilu 1955, PKI muncul sebagai salah satu empat partai besar di Indonesia.
Pada awal tahun 1964-1965 PKI semakin agresif. Selain dengan Propaganda PKI juga menyertakan tindakan kekerasan. Tindakan tersebut mengakibatkan jatuhnya korban, baik dari kalangan ulama dari pesantren-pesantern maupun aparat keamanan. PKI juga membentuk blog2 di tubuh ABRI melalui biro khusus yang dipimpin oleh Syam Kamaruzzaman. Tujuannya untuk merancang dan merencanakan pengambilan alih kekuasaan. 
    a. Aksi Gerakan 30-S/PKI
Setelah langkah persiapan dinilai cukup, PKI mulai bergerak. Pemimpin  teknis G-30-S/PKI dipegang oleh Letkol Untung Sutopo. Sekitar jam 01.30 dini hari tanggal 1 Oktober 1965, 7 kelompok pasukan pasopati yang dipimpin oleh Dul Arief ditugaskan untuk menculik jenderal. 6 perwira tinggi Angkatan Darat menjadi korban penculikan dan keganasan G-30-S/PKI, yaitu :
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani
2. Mayjen Haryono Mas Tirtodarmo
3. Mayjen R. Suprapto 
4. Mayjen Suwondo Parman
5. Brigjen Final Izacus Panjaitan
6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo 
Sementara itu Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari penculikan. Akan tetapi, putrinya Ade Irma Suryani terluka parah dan meninggal di rumah sakit. 
b. Penumpasan G-S-30/PKI 
Panglima Kostrad Mayor Jenderal Suharto segera melakukan pemetaan terhadap keberadaan PKI. Operasi pemberantasan PKU dilakukan  di sore hari 1 Oktober 1965. 
Pada pukul 20.00 Mayor Jenderal Suharto melalui RRI mengumumkan adanya usaha perebutan kekuasaan oleh PKI. Dan diumumkan  pula antara AD, AL, dan kepolisian bekerja sama untuk memberantas PKI. Kepada masyarakat dianjurkan tetap tenang dan waspada.
Langkah berikutnya adalah membebaskan basis utama G-S-30/PKI di Halim Perdanakusuma. Tanpa menemui kesulitan, pada pukul 06.10 2 Oktober 1965 daerah sekitar Pangkalan Udara Halim berhasil dikuasai.
Pada tanggal 3 Oktober 1965 berdasar petunjuk dari Ajun Brigadir Polisi Sukirman, jenasah para perwira TNI AD ditemukan di dalam sebuah sumur tua. Sukirman adalah seorang anggota polisi tang ditangkap ketika pasukan penculik menculik Brigjen D.I. Panjaitan. Jenasah para perwira AD dimakamkan di TMP Kalibata tepat pada HUT ABRI 5 Oktober 1965. Para perwira TNI AD tersebut kemudian dianugerahi gelar pahlawan Revolusi serta diberi kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi secara anumerta. Pemerintah kemudian menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari kesaktian Pancasila.

Dikutip dari: Buku Sejarah Indonesia Program Wajib M. Habib Mustopo dkk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengertian, contoh serta fungsi sarana dan prasarana

Diketik oleh: Alfina D. Kelas           : XI OTKP 1 Pengertian sarana  Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk m...